LAPORAN PRAKTIKUM
PENGETAHUAN BAHAN PANGAN
BUAH DAN SAYURAN
Oleh
:
Nama : Reza Sintiani
NRP :
123020161
Kelompok : G
No.Meja : 6
Asisten : Yuke Rusiani
Tanggal Percobaan : 28 November 2014

LABORATORIUM PENGETAHUAN
BAHAN PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2014
I. PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai
: (1) Latar Belakang, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan.
1.1. Latar Belakang
Buah adalah
bagian tanaman hasil perkawinan putik dan benang sari. Pada umumnya tanaman ini
merupakan biji. Dalam pengertian sehari-hari, buah diartikan sebagai semua
produk yang dikonsumsi sebagai pencuci mulut (desserts), misalnya buah mangga,
papaya, pisang, dan sebagainya.
Sayuran adalah tanaman
hortikultura yang umumnya mempunyai umur relatif pendek (kurang dari setahun)
dan merupakan tanaman musiman. Setiap jenis dan varietas mempunyai warna, rasa,
aroma, dan kekerasan yang berbeda-beda sehingga sebagai bahan pangan sayuran
dapat menambah variasi makanan. Dinilai dari segi nilai gizinya, sayuran
mempunyai arti penting sebagai sumber mineral dan vitamin yang antara lain
vitamin A dan C
Masing-masing sayur dan buah mempunyai sifat fisik
yang berbeda-beda. Perbedaan tingkat kematangan juga menyebabkan perbedaan
sifat fisik. Sifat fisik buah dan sayur penting dalam sortasi dan pengkelasan
mutu (grade). Sifat fisik buah dan sayur yang sering diamati antara lain warna,
aroma, rasa, bentuk, ukuran, dan kekerasan. Biasanya untuk warna, aroma, rasa,
bentuk, ukuran, dan kekerasan dilakukan secara subjektif, sedangkan berat
diteteapkan secara objektif mengguanakan timbangan
(Muchtadi,1992).
1.2. Tujuan Percobaan
Tujuan dari pecobaan Sifat Fisik Buah dan Sayur adalah untuk
mengetahui tingkat kematagan buah dan sayur
yang dapat dilihat dari sifat fisik
buah dan sayur
Tujuan
dari percobaan Edible Portion adalah
untuk mengetahui berat bagian buah dan sayur yang dapat dimakan.
Tujuan
dari percobaan Sifat Kimia Buah dan Sayur adalah untuk mengetahui sifat kimia
buah dan sayuran yang dapat dimakan.
Tujuan
dari percobaan Kecukupan Blansir adalah untuk menginaktifasi enzim sehingga
menghambat terjadinya pencoklatan, melunakkan atau melayukan buah/bahan,
memperbaiki probilitas untuk mengeluarkan udara dari jaringan bahan.
Tujuan
dari percobaan Pengupasan Buah dan Sayur adalah untuk mengetahui berbagai cara
pengupasan atau penghilangan kulit buah dan sayur.
Tujuan
dari percobaan Perlakuan Pendahuluan Buah dan Sayur adalah untuk mengurangi terjadinya
pencoklatan, memperbaiki tekstur, atau meningkatkan permeabilitas bahan.
Tujuan
dari percobaan Pengaruh Eliten Terhadap Kematangan Buah adalah untuk megetahui
pengaruh eliten terhadap proses pematanagn buah.
Tujuan
dari percobaan Pelilinan Buah dan Sayur adalah untuk memperpanjang umur simpan
buah dan sayur.
1.3. Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan Sifat Fisik
Buah dan Sayur adalah berdasarkan pengamatan sifat fisik buah dan sayur seperti
warna, rasa, bentuk, ukuran, aroma, berat dan kekerasan baik secara objektif
atau subjektif.
Prinsip dari percobaan Edible Portion adalah berdasarkan
perbandingan berat bagian yang dapat dimakan dan berat utuh dari buah dan
sayur.
Prinsip dari percobaan Sifat Kimia Buah dan Sayur adalah berdasarkan
perubahan yang terjadi setelah pematangan baik warna, aroma, kekerasan, kadar
padatan dan keasaman (pH).
Prinsip dari percobaan
Kecukupan Blansir adalah berdasarkan proses pemanasan yang dapat dilakukan
dengan air panas maupun uap panas
Prinsip dari percobaan Pengupasan Buah dan Sayur adalah berdasarkan
pengupasan pada buah dan sayur dengan metode tangan, dengan air mendidih,
dengan uap, dan larutan alkali.
Prinsip dari percobaan Perlakuakan Pendahuluan Buah dan Sayur adalah
berdasarkan pada inkubasi enzim pilofenolase yang dapat mengakibatkan
pencoklatan dengan cara blansir, dan perendaman dengan larutan NaHSO3,
garam dapur, H2O2, dan vitamin C.
Prinsip dari percobaan Pengaruh Etilen Terhadap Buah dan Sayur adalah berdasarkan pada
pembentukan senyawa eliten yang dihasilkan oleh tanaman.
Prinsip dari percobaan Pelilinan Buah dan Sayur adalah berdasarkan
pada proses penghambatan respirasi dengan cara menutupi pori-pori buah dan
sayur dengan pelapisan lilin sehingga terhindar dari kontaminan.
II METODOLOGI PERCOBAAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Bahan
yang Digunakan (2) Alat yang Digunakan, dan (3) Metode Percobaan.
2.1. Bahan-bahan yang
Digunakan
Bahan yang digunakan dalam percobaan pengamatan
sifat fisik buah dan sayur adalah apel.
Bahan yang digunakan dalam percobaan edible portion buah apel.
Bahan yang digunakan dalam percobaan pengamatan
sifat kimia buah dan sayur adalah buah apel
dan air.
Bahan yang digunakan dalam percobaan kecukupan
blansir adalah terung dan air.
Bahan yang digunakan dalam percobaan pengamatan
pengupasan buah dan sayur adalah wortel, air, dan pp.
Bahan yang digunakan dalam percobaan pengamatan
perlakuan pendahuluan : (1) blansir adalah apel , air mendidih , larutan
vitamin C 0,5% - asam sitrat 0,5% , garam + asam sitrat, Na2HSO3
2000 ppm , garam dapur 0,5% , vitamin c 0,5% dan H2O2 2%.
Bahan yang digunakan dalam percobaan pengaruh
etilen terhadap pematangan buah adalah pisang dan karbit.
Bahan yang digunakan dalam percobaan pelilinan
buah dan sayur adalah cabai merah, air bersih , alkohol, parafin cair.
2.2. Alat yang Digunakan
Alat yang
digunakan dalam percobaan pengamatan sifat fisik buah dan sayur adalah pisau
dan alat pengukur kekerasan.
Alat yang digunakan dalam percobaan edible portion pisau dan timbangan.
Alat yang digunakan dalam percobaan pengamatan
sifat kimia buah dan sayur adalah timbangan,
alu,refroklometer dan saringan .
Bahan yang digunakan dalam percobaan kecukupan
blansir adalah alu , pisau tempat pemanas , dan penggaris.
Bahan yang digunakan dalam percobaan pengamatan
pengupasan buah dan sayur adalah pisau ,gelas kimia, kaki tiga .
Bahan yang digunakan dalam percobaan pengamatan
perlakuan pendahuluan blansir adalah tabung reaksi, tempat tabung reaksi , pisau
.
Bahan yang digunakan dalam percobaan pengaruh
etilen terhadap pematangan buah adalah toples, timbangan.
Bahan yang digunakan dalam percobaan pelilinan
buah dan sayur adalah toples, timbangan.
2.3. Metode Percobaan
2.3.1 Pengamatan Sifat Fisik Buah dan Sayuran
|
Gambar 1. Pengamatan Sifat Fisik
Buah dan Sayuran
Prosedur Pengamatan Sifat Fisik adalah
pertama-tama siapkan sampel yang akan diuji, setelah itu amati dengan baik dan
teliti sifat fisik dari sampel tersebut, yang melipuri aroma, rasa, warna
ukuran, berat, bentuk, dan kekerasan sampel, untuk pengamatan kekerasan
dilakukan dengan 2 cara, yakni secara subjektif, dan objektif. Kekerasan secara
subjektif dilakukan dengan memegang sampel tersebut dan tentukan kekerasannya,
sedangkan secara objektif dilakukan dengan alat yang bernama Piknometer,
penggunaan alat ini dapat ditancapkan pada beberapa bagian sampel, yakni pangkal,
tengah, dan ujung, tetepi tidak diperbolehkan menancapkan pada bagian yang
telah diuji dengan alat hardness sebelumnya (telah tertancap/bekas tertancap)
karena bagian tersebut telah berlubang dan menjadi lunak. Akibatnya hasil yang
diperoleh tidak menunjukan kekerasan sampel yang sebenarnya, setelah itu
terbaca skala pada alat hardness yang menjadi nilai kekerasan sampel tersebut.
2.3.2 Edible Portion.
|
Gambar 2. Edible portion
Percobaan Pengamatan Edible Porsion adalah bahan yang telah
disiapkan ditimbang secara utuh, setelah itu dikupas dari kulit atau pelapis
luar dari sampel tersebut, kemudian timbang sampel sehingga berat tanpa kulit
dapat diketahui, setelah itu pisahkan semua bahan yang tidak dapat dimakan pada
sampel tersebut, misalnya biji, kemudian timbang kembali hingga mendapatkan
daging buahnya saja, didapatlah berat bahan yang dapat dimakan dan hitung
dengan menggunakan rumus untuk mendapatkan persentase Edible Portion.
2.3.3 Pengamatan Sifat Kimia Buah dan Sayur
a. Keasaman
|
Pengukuran
pH
|
Gambar 3.Pengamatan Sifat Kimia Buah dan Sayur
pada Keasaman
Hancurkan
bahan dengan menggunakan lumpang dan alu lalu kemudian saring bahan yang telah
dihancurkan dan simpan filtrat pada tabung reaksi dan ampas buang. Lalu, uji
bahan filtrat yang ada dengan menggunakan pH Indikator. Lalu catat hasil yang
diperoleh.
b. Padatan Terlarut
|
Refraktometer (% Padatan Terlarut)
C X
D E % Padatan Terlarut = X
+ C
|
Gambar 4. Pengamatan Sifat Kimia Buah dan Sayur
pada Padatan Terlarut
Prosedur pengamatan Sifat Kimia Padatan Terlarut adalah
buah atau sampel dihancurkan, seletah itu dilakuakan penyaringan dengan kertas
saring untuk memisahkan antara filtrat dan ampas, selelah terpisah filtrat
diuji dengan menggunakan alat refraktometer, skala yang ditunjukan oleh
refraktometer menjadi niali C yang dibutuhkan untuk mendapatkan persentase
brix.
c. Kecukupan Blansir
Uap air
Amati : Warna, Tekstur, Flavour,
dan Aroma
|
Gambar 5. Pengamatan
Sifat Kimia Buah dan Sayur pada Kecukupan Blansir
Prosedur pengamatan
adalah pertama-tama buah atau sampel dikupas dengan menggunakan pisau, setelah
itu potong dengan ukuran 1x1x1, 2x2x2, dan 3x3x3 masing-masing 6 potong,
kemudian lakukan blansir dengan dialaskan laring. Blansir ini dilakukan 2 cara,
yakni dengan menggunakan air dan uap dengan suhu 70oC, 80oC,
dan 90oC selama 1 meniit, 3 menit, 5 menit, dan 10 menit. Setelah
itu tirinskan dan dinginkan, amati warna tekstur, flavour, dan aroma dari
sampel yang telah diblansir.
2.4 Pengamatan Pengupasan Buah dan Sayur
2.4.1 Pengupasan dengan
Tangan
|
Amati :
Tekstur, Warna, Aroma, dan Hitung Waktu
|
Gambar 5. Pengamatan Pengupasan Buah dan Sayur dengan Tangan
Prosedur Pengupasan
Buah dan Sayur Dengan Menggunakan Tangan adalah sampel buah atau sayur dicuci
terlebih dahulu setelah itu dikupas dengan tangan menggunakan pisau, hitung
waktu mulai dari awal pengupasan hingga kulit sampel terkelupas semuanya,
setelah itu amati dengan teliti tekstur, warna, dan aroma.
2.4.2 Pengupasan dengan Air
Mendidih
|
||||||||||||||||||||||
Gambar 5. Pengamatan Pengupasan Buah dan Sayur dengan Air Mendidih
Prosedur pengamatan pengupasan buah dan sayur dengan air
mendidih adalah siapkan gelas kimia yang teah diberi air secukupnya sesuai ukuran
sampel, setelah itu panaskan diatas bunsen hingga mencapai letupan pertama, setelah
letupan pertama masukan sampel dan panaskan selama 5 menit, setelah 5 menit
tiriskan dan masukan kedalam air dingin selama 1-3 menit, setelah itu kupas di air
mengalir dengan tangan, tidak lupa hitung hingga sampel selesai dikupas.
2.4.3 Pengupasan dengan Uap
![]() |
Gambar 6. Pengamatan Pengupasan Buah dan Sayur dengan Uap
Prosedur percobaan pengupasan buah den sayur dengan uap
adalah siapkan gelas kimia yang telah diberi air dan panaskan di atas bunsen,
letakan cawan petri diatas gelas kimia dan letakan sampel didalam cawan petri.
Panaskan selama 10 menit, setelah itu tiriskan selama 1-3 menit, lalu kupas
sampel di air mengalir, hitung waktu dari awal pengupasan hingga akhir
pengupasan.
2.5 Pengamatan Perlakuan Pendahuluan Sebelum Pengolahan
2.5.1 Blansir
|
|||||||||||||||||||||
Gambar 7. Pengamatan Perlakuan Pendahuluan Sebelum Pengolahan
Prosedur pengamtan perlakukan
pendahuluan dengan blansir adalah sampel disiapkan dan dimasukan kedalam air
mendidih selama 5 menit, setelah itu amati wana, aroma, tekstur.
2.5.2 Perendaman dalam Larutan Na2HSO3, Larutan Garam Dapur, H2O2
dan Vitamin C
|
|||||||||||||
Gambar 8. Perendaman dalam Larutan Na2HSO3,
Larutan Garam Dapur, H2O2 dan Vitamin C
Prosedur pengamatan perlakuakan pendahuluan dengan
perendaman adalah siapkan bahan, potong kecil-kecil hingga dapat masuk kedalam
tabung reaksi yang masing-masing dari tabung reaksi berisi larutan-larutan,
yakni larutan Na2HSO3, larutan daram dapur, H2O2
dan vitamin C, juga kedalam tabung rekasi yang berisi vitamn C asam sitrat 0,5
% dan larutan garam 0,5 % + asam Sitrat 0,5 %. Diamkan selama 15 menit, seletah
15menit bandingkan semua bahan tersebut dan amati warna.
2.5.2 Pengaruh Etilen Terhadap Pematangan Buah
|
Tempat Terbuka Wadah Tertutup Wadah Tertutup Wadah Tertutup
+ Bahan Masak + Gas Karbit
Amati : Warna, Kekerasan, Kadar
Padatan terlarut dengan pH pada hari ke-0, ke-2, ke-4
|
Gambar 9. Pengaruh Etilen Terhadap Pematangan
Buah
2.5.3 Pelilinan Buah dan Sayur
|
Amati : Berat, Warna, Aroma,
Padatan terlarut dan pH pada hari ke-0 , ke-2 dan ke-4
|
Gambar 10. Pelilinan Buah dan Sayur
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan mengenai : (1) Hasil
Pengamatan dan (2) Pembahasan.
3.1
Hasil Pengamatan
A.Sifat Fisik Buah dan
Sayuran
Tabel 1. Hasil Pengamatan Sifat Fisik Buah dan Sayur
|
Keterangan
|
Hasil
|
|
|
Sampel
|
Apel
|
|
|
Aroma
|
Khas apel
|
|
|
Warna
|
Hijau kemerahan
|
|
|
Bentuk
|
Bulat
|
|
|
Ukuran
|
Panjang
|
4,92 cm
|
|
Diameter
|
4,92 cm
|
|
|
Kekerasan
|
Subjektif
|
Keras |
|
Objektif
|
Atas : 3,42 x 105 pa
Tengah : 2,72 x 105 pa
Bawah : 2,20 x 105 pa
|
|
|
Bentuk
|
|
|
|
Berat
|
55,9 gram
|
|
|
Rasa
|
Manis keasaman
|
|
(Sumber : Kelompok G,
Meja 6, 2014).
B. Edible Portion
Tabel 2. Hasil Pengamatan Edible
Portion
|
Keterangan
|
Hasil
|
|
Sampel
|
Apel
|
|
Berat Utuh
|
55,9 gram
|
|
Berat tanpa kulit
|
11,2 gram
|
|
Berat yang dapat dimakan
|
44 gram
|
|
Edible Portion
|
78,7 %
|
(Sumber : Kelompok G, Meja 6, 2014).
C. Sifat Kimia Buah dan Sayur
Tabel 3. Hasil Pengamatan Sifat Kimia
|
Keterangan
|
Hasil
|
|
Sampel
|
Apel
|
|
Keasamaan
|
pH1 = 4
|
|
pH2 = 4
|
|
|
pHrata-rata = 4
|
|
|
Padatan terlarut
|
%Brix = 12,6 % refraktometer
|
|
% Padatan terlarut
|
13,04 %
|
(Sumber : Kelompok G, Meja 6, 2014).
C.Kecukupan Blansir
Sampel : Terung
Tabel 4.Hasil
Pengamatan Kecukupan Blansir
|
Uap air
|
||||||||||
|
Ukuran
(cm3)
|
t
|
Waktu
|
Tekstur
|
Flavour
|
||||||
|
700
|
800
|
900
|
700
|
800
|
900
|
700
|
800
|
900
|
||
|
1
|
1
|
+
|
+
|
+ +
|
+
|
+
|
+ +
|
+ +
|
+
|
+ +
|
|
5
|
+ +
|
+ +
|
+ + +
|
+ +
|
+ +
|
+ + +
|
+
|
+ +
|
+ + +
|
|
|
10
|
+ + + +
|
+ + + +
|
+ + + +
|
+ + + +
|
+ + + +
|
+ + + +
|
+ + + +
|
+ + + +
|
+ + + +
|
|
|
2
|
1
|
+
|
+
|
+ +
|
+
|
+
|
+ +
|
+ +
|
+
|
+ +
|
|
5
|
+ +
|
+ +
|
+ + +
|
+ +
|
+ +
|
+ + +
|
+ +
|
+ +
|
+ + +
|
|
|
10
|
+ + +
|
+ + +
|
+ + + +
|
+ + +
|
+ + +
|
+ + + +
|
+ + +
|
+ + +
|
+ + +
|
|
|
3
|
1
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+ +
|
+
|
+
|
|
5
|
+ +
|
+ +
|
+ +
|
+ +
|
+ +
|
+ +
|
+ +
|
+ + +
|
+ +
|
|
|
10
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
++
|
|
|
Air
|
||||||||||
|
Ukuran
(cm3)
|
t
|
Waktu
|
Tekstur
|
Flavour
|
||||||
|
700
|
800
|
900
|
700
|
800
|
900
|
700
|
800
|
900
|
||
|
1
|
1
|
+ +
|
+ +
|
+ + +
|
+ +
|
+ + +
|
+ + +
|
+ +
|
+++
|
+++
|
|
5
|
+ + +
|
+ + +
|
+ + +
|
+ + +
|
+ + +
|
++++
|
+ + +
|
+++
|
+ + +
|
|
|
10
|
++++
|
++++
|
++++
|
++++
|
++++
|
++++
|
++++
|
++++
|
+++
|
|
|
2
|
1
|
+ +
|
+ +
|
+ +
|
+ +
|
+ + +
|
+ + +
|
+ +
|
+ +
|
+ +
|
|
5
|
+ + +
|
+ +
|
+ +
|
+ + +
|
+ + +
|
+ + +
|
+ + +
|
+ +
|
+ +
|
|
|
10
|
+ + + +
|
+ + +
|
+ + +
|
+ + + +
|
+ + + +
|
+ + + +
|
++++
|
+++
|
+++
|
|
|
3
|
1
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+ +
|
+ +
|
+
|
+
|
+
|
|
5
|
+ +
|
+
|
+
|
+ +
|
+ +
|
+ +
|
+ +
|
+
|
+
|
|
|
10
|
+ + +
|
+ +
|
+ +
|
+ + +
|
+ + +
|
+ +
+
|
+ +
+
|
++
|
++
|
|
(Sumber : Kelompok G, Meja 6, 2014).
|
D. Pengupasan buah dan Sayur
Sampel
: Wortel
Tabel 5. Hasil Pengamatan Pengupasan
Buah dan Sayur
|
C
|
H
|
t
|
W
|
A
|
T
|
|
DT
|
+
|
2’15”
|
Orange
|
Khas wortel
|
Keras
|
|
AM
|
+++
|
1’06”
|
Orange
|
Khas wortel
|
Sedikit lunak
|
|
DU
|
++
|
1’16”
|
Orange
|
Khas wortel
|
Sedikit lunak
|
|
LA
|
++++
|
35”
|
Orange
|
Khas wortel
|
Sedikit keras
|
(Sumber : Kelompok G, Meja 6, 2014).
|
C : Cara Pengupasan
DT : dengan Tangan
AM : dengan Air Mendidih
DU : dengan Uap
H : Hasil Pengupasan
LA : dengan Larutan Alkali
E. Perlakuan
Pendahuluan Sebelum Pengolahan
Tabel.6 Hasil Pengamatan Perlakuan Blansir pada
Buah dan Sayur
Sampel : Apel
|
Pengamatan
|
Direbus
|
Dikukus
|
|
Warna
|
Hijau pucat
|
Hijau kemerahan
|
|
Aroma
|
Bau khas apel
|
Bau khas apel
|
|
Tekstur
|
Lunak
|
Keras
|
(Sumber : Kelompok G, Meja 6, 2014).
Tabel.7 Hasil Pengamatan
Perlakuan Pendahuluan Terhadap Buah Dan Sayur (Perendaman)
Sampel : Wortel
|
Zat yang ditambahkan
|
Warna
|
|
Larutan vitamin C 0,5% + asam
sitrat 0,5%
|
Putih segar
|
|
Garam + Asam sitrat
|
Putih segar
|
|
Na2HSO3 2000 ppm
|
Putih kecoklatan
|
|
Garam dapur 0,5 %
|
Putih kecoklatan
|
|
Vitamin C 0,5 %
|
Putih kehijauan
|
|
H2O2 2 %
|
Putih segar
|
(Sumber : Kelompok G, Meja 6, 2014).
F. Hasil Pengamatan
Pengaruh Etilen Terhadap Kematangan Buah
Sampel : Pisang
a. Wadah Terbuka + Suhu Kamar
Tabel 8. Hasil Pengamatan Pengaruh Etilen Terhadap Kematangan Buah
Pada Wadah Terbuka dan Suhu Kamar
|
Pengamatan
|
Hari Ke-0
|
Hasil Ke-4
|
Hasil Ke-6
|
|
Warna
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
|
Aroma
|
Khas pisang
|
Khas pisang
|
Khas pisang
|
|
Tekstur
|
Keras
|
Lunak
|
Lunak
|
|
Berat
|
144,0 gram
|
130,2 gram
|
125,0 gram
|
|
pH
|
5
|
||
|
Padatan Terlarut
|
8,516 %
|
||
(Sumber : Kelompok G,
Meja 6, 2014).
b. Wadah Tertutup
Tabel 9. Hasil Pengamatan Pengaruh Etilen Terhadap Kematangan Buah
Pada Wadah Tertutup
|
Pengamatan
|
Hari Ke-0
|
Hasil Ke-4
|
Hasil Ke-6
|
|
Warna
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
|
Aroma
|
Khas pisang
|
Menyegat pisang
|
Menyegat pisang
|
|
Tekstur
|
Keras
|
Sedikit Lunak
|
Lunak
|
|
Berat
|
124,2 gram
|
122,7 gram
|
121,9 gram
|
|
pH
|
4
|
||
|
Padatan Terlarut
|
7,514 %
|
||
(Sumber : Kelompok G, Meja 6, 2014).
c. Wadah Tertutup + Pisang Masak
Tabel 10. Hasil Pengamatan Pengaruh Etilen Terhadap Kematangan Buah
Pada Wadah Tertutup dan Pisang Masak
|
Pengamatan
|
Hari Ke-0
|
Hasil Ke-4
|
Hasil Ke-6
|
|
Warna
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
|
Aroma
|
Khas pisang
|
Menyengat pisang
|
Menyengat pisang
|
|
Tekstur
|
Keras
|
Lunak
|
Lunak
|
|
Berat
|
103,1 gram
|
81,8 gram
|
101,5 gram
|
|
pH
|
5
|
||
|
Padatan Terlarut
|
8,015 %
|
||
(Sumber : Kelompok G, Meja 6, 2014).
d. Wadah Tertutup + Karbit
Tabel 11. Hasil Pengamatan Pengaruh Etilen Terhadap Kematangan Buah
Pada Wadah Tertutup dan Karbit
|
Pengamatan
|
Hari Ke-0
|
Hasil Ke-4
|
Hasil Ke-6
|
|
Warna
|
Hijau
|
Hijau Kehitaman
|
Hiaju Kehitaman
|
|
Aroma
|
Khas pisang
|
Menyegat pisang + karbit
|
Menyegat pisang + karbit
|
|
Tekstur
|
Keras
|
Sedikit Lunak
|
Lunak
|
|
Berat
|
153,9 gram
|
181,6 gram
|
150,9 gram
|
|
pH
|
4
|
||
|
Padatan Terlarut
|
6,512 %
|
||
(Sumber : Kelompok G, Meja , 2014).
7.Pengaruh Pelilinan pada Pematangan Buah
Sampel : cabai
a.Wadah Terbuka + Suhu Kamar
Tabel 12. Hasil Pengamatan Pengaruh Pelilinan terhadap pematangan
buah pada wadah terbuka dan suhu kamar
|
Pengamatan
|
Hari ke-0
|
Hari ke-3
|
Hari ke-6
|
|
Warna
|
Merah
|
Merah mengkilat
|
Merah mengkilat
|
|
Aroma
|
Khas cabai
|
Khas cabai
|
Khas cabai
|
|
Tekstur
|
Lunak
|
Lunak
|
Lunak
|
|
Berat
|
12,5 Gram
|
9,2 Gram
|
7,7 Gram
|
|
pH
|
5
|
||
|
Padatan terlarut
|
4,428 %
|
||
(Sumber : Kelompok G, Meja 6, 2014).
b. Wadah Tertutup
Tabel 12. Hasil Pengamatan Pengaruh Pelilinan terhadap pematangan
buah pada wadah tertutup
|
Pengamatan
|
Hari ke-0
|
Hari ke-3
|
Hari ke-6
|
|
Warna
|
Merah
|
Merah mengkilat
|
Merah mengkilat
|
|
Aroma
|
Khas cabai
|
Khas cabai
|
Khas cabai
|
|
Tekstur
|
Lunak
|
Sedikit Keras
|
Sedikit Keras
|
|
Berat
|
14,9 gram
|
14,4 gram
|
14,2 gram
|
|
pH
|
5
|
||
|
Padatan terlarut
|
2,704%
|
||
(Sumber : Kelompok G, Meja 6, 2014).
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan sifat fisik buah dan
sayur dengan sampel apel didapatkan aroma khas apel, warna merah kehijauan ,
berbentuk bulat , memiliki ukuran 4,92 cm , kekerasan subjektif (keras) dan
secara objektif memiliki kekerasan bagian atas 3,42 x 105pa bagian
tengah 2,72 x 105pa dan
bagian bawah 2,20 x 105pa, memiliki berat 55,9 dan dengan rasa apel
manis keasaman.
Berdasarkan hasil edible portion dengan sampel buah apel didapatkan hasil berat utuh
55,9 gram , berat kulit 11,2 gram , berat yang dapat dimakan 44 gram dan edible portion adalah 78,7 % .
Berdasarkan hasil pengamatan sifat kimia buah dan sayur dengan sampel apel
didapatkan % padatan terlarut adalah 13,04 %.
Berdasarkan hasil percobaan kecukupan blansir
dengan sampel terung diketahui bahwa sampel lebih cepat di balnsir dengan
menggunakan uap air paling baik, pada ukuran 1 cm dam 1 cm pada suhu 90◦C pada
t 10 menit dan pada air yang paling baik pada ukuran 1 cm pada suhu 90◦C pada t
10 menit.
Berdasarkan hasil percobaan pengamatan pengupasan
buah dan sayur adalah dengan sampel wortel didapatkan hasil pengupasan paling
cepat yaitu dengan menggunakan larutan alkali , cepat yaitu dengan menggunakan
air mendidih, agakcepat yaitu menggunakan uap dan kurang cepat yaitu
menggunakan tangan.
Berdasarkan hasil percobaan pengamatan perlakuan
pendahuluan blansir dengan sampel apel didapatkan hasil warna pucat (direbus)
dan hijau kemerahan (dikukus), aroma khas apel (direbus) dan khas apel
(dikukus) dan tekstur lunak (direbus) , keras (dikukus). Sedangkan hasil yang
didapatkan dari perendaman dengan larutan vitamin C 0,5% + asam sitrat 0,5% warna putih segar , garam + asam sitrat warna putih segar, Na2HSO3 2000 ppm warna putih kecoklatan, garam dapur 0,5 % warna
putih sedikit kecoklatan , vitamin C 0,5%
warna putih kehijauan dan dengan H2O2 2 % berwarna putih segar.
Berdasarkan hasil percobaan pengaruh etilen
terhadap pematangan buah dengan sampel
pisang didapatkan hasil wadah terbuka + suhu kamar pada hari ke 0 adalah
warna hijau , aroma khas pisang, tekstur keras dan berat 144,0 gram. Hasil pada
hari ke 4 adalah warna hijau , aroma khas pisang , tekstur lunak dan berat
130,2 gram. Hasil pada hari ke 4 adalah warna hijau , aroma khas pisang ,
tekstur lunak dan berat 125,0 gram. Didapatkan pH 5 , suhu bahan 27◦C ,brix 8,0
dan dihasilkan padatan terlarut sebesar 8,516 %. Sedangkan wadah tertutup pada hari ke 0 adalah warna
hijau , aroma khas pisang, tekstur keras dan berat 124,2 gram. Hasil pada hari
ke 4 adalah warna hijau , aroma menyengat (pisang) , tekstur sedikit lunak dan berat 122,7 gram.
Hasil pada hari ke 4 adalah warna hijau , aroma menyengat pisang , tekstur
lunak dan berat 121,9 gram. Didapatkan pH 4 , suhu bahan 27◦C ,brix 9,0 dan
dihasilkan padatan terlarut sebesar 7,514 %. Pada wadah tertutup pisang masak
pada hari ke 0 adalah warna hijau , aroma khas pisang, tekstur keras dan berat
103,1 gram. Hasil pada hari ke 4 adalah warna hijau , menyegat (aroma pisang) ,
tekstur lunak dan berat 81,8 gram. Hasil pada hari ke 4 adalah warna hitam
tertutup jamur , aroma menyengat (aroma pisang) , tekstur lunak dan berat 101,5 gram.
Didapatkan pH 5 , suhu bahan 27◦C ,brix 7,5 dan dihasilkan padatan terlarut
sebesar 8,015 %. Dan wadah tertutup
karbit pada hari ke 0 adalah warna hijau , aroma khas pisang, tekstur keras dan
berat 153,9 gram. Hasil pada hari ke 4 adalah warna hijau , menyegat (aroma
pisang dan karbit) , tekstur sedikit lunak dan berat 151,6 gram. Hasil pada
hari ke 4 adalah warna hijau ada jamur ,
aroma menyengat (aroma pisang dan karbit)
, tekstur lunak dan berat 150,9 gram. Didapatkan pH 4 , suhu bahan 27◦C
,brix 6,0 dan dihasilkan padatan terlarut sebesar 6,512 %.
Berdasarkan hasil percobaan pelilinan buah dan sayur dengan
sampel cabai merah pada wadah terbuka + suhu kamar pada hari ke 0 warna merah,
aroma khas cabai, tekstur lunak , berat 12,5 gram. Pada hari ke 2 warna merah
mengkilat , aroma khas cabai ,tekstur lunak , berat 9,2 gram. Pada hari ke 4
warna merah mengkilat, aroma khas cabai , teksstur lunak , berat 7,7 gram
dengan pH 5 dan padatan terlarut adalah 4,426 %. Sedangkan pada wadah tertutup pada
hari ke 0 adalah warna merah , aroma khas cabai , tekstur lunak dan berat 14,8
gram . pada hari ke 2 adalah warna merah mengkilat , aroma khas cabai
(menyengat) , tekstur sedikit keras dan berat 14,4 gram. Pada hari ke 4 adalah
warna merah mengkilat , aroma khas cabai (menyengat), tekstur sedikit keras dan
berat 14,2 gram dengan pH 5 dan padatan terlarut adalah 2,7044 %.
Buah adalah bagian
tanaman hasil perkawinan putik dan benang sari. Pada umumnya tanaman ini
merupakan biji. Dalam pengertian sehari-hari, buah diartikan sebagai semua
produk yang dikonsumsi sebagai pencuci mulut (desserts), misalnya buah mangga,
papaya, pisang, dan sebagainya.
Sayuran adalah tanaman
hortikultura yang umumnya mempunyai umur relatif pendek (kurang dari setahun)
dan merupakan tanaman musiman. Setiap jenis dan varietas mempunyai warna, rasa,
aroma, dan kekerasan yang berbeda-beda sehingga sebagai bahan pangan sayuran
dapat menambah variasi makanan. Dinilai dari segi nilai gizinya, sayuran
mempunyai arti penting sebagai sumber mineral dan vitamin yang antara lain
vitamin A dan C
Masing-masing sayur dan buah mempunyai sifat fisik
yang berbeda-beda. Perbedaan tingkat kematangan juga menyebabkan perbedaan
sifat fisik. Sifat fisik buah dan sayur penting dalam sortasi dan pengkelasan
mutu (grade). Sifat fisik buah dan sayur yang sering diamati antara lain warna,
aroma, rasa, bentuk, ukuran, dan kekerasan. Biasanya untuk warna, aroma, rasa,
bentuk, ukuran, dan kekerasan dilakukan secara subjektif, sedangkan berat
diteteapkan secara objektif mengguanakan timbangan
(Muchtadi,1992).
Pektin dalam buah terdapat dalam bentuk zat pektik
yang mudah terhidrolisa. Zat pektik ini terdapat didalam middle lamella dari sel –
sel buah . kandungan zat pektik didalam buah akan mempengaruhi kekerasan
tekstur buah tersebut. Selama proses pematangan buah ,zat pektik akan terhidrolisa
menjadi komponen – komponen yang laru air sehingga total zat pektik akan
menurun kadarnya dan komponen yang larut air akan meningkat jumlahnya yang
mengakibatkan buah menjadi lunak.
Tekstur buah ditentukan oleh senyawa-senyawa pektin dan selulosa. Selama
pemasakan buah menjadi lunak karena menurunnya jumlah senyawa tersebut. Selama
itu jumlah protopektin yang tidak larut berkurang sedang jumlah pektin yang
larut menjadi bertambah.
Peranan warna sebagai salah satu indeks mutu bahan pangan perlu diperhatikan
karena pada umumnya konsumen sebelum mempertimbangkan parameter lain
(rasa,nilai gizi dan lain – lain) , pertama – tama akan tertarik oleh keadaan
warna bahan. Bila warna bahan pangan ternyata kurang cocok dengan selera atau
menyimpang dari warna normal ,bahan pangan tersebut tidak akan dipilih oleh
konsumen , meskipun faktor – faktor lainnya normal. Malahan seringkali para
konsumen menggunakan warna bahan pangan sebagai indikator faktor mutu lainnya
yang terdapat dalam bahan tersebut.
Warna bahan pangan secara alami disebabkan oleh senyawa organik yang
disebut pigmen. Di dalam sayuran dan buah buahan terdapat empat kelompok pigmen
yaitu klorofil, karotenoid, antosianin dan antoksantin. Selain itu terdapat
pula kelompok senyawa polifenol yang disebut tanin, yang asalnya tidak berwarna
tetapi bila bereaksi dengan logam atau teroksidasi dapat memberikan warna
kehitaman dan juga rasa sepat.
Pektin secara umum terdapat di
dalam dinding sel primer tanaman, khususnya disela-sela antara selulosa dan
hemiselulosa. Protopektin merupakan istilah untuk senyawa-senyawa pektin yang
tidak larut, yang banyak terdapat pada jaringan tanaman yang muda. Bila
jaringan tanaman ini dipanaskan di dalam air yang juga mengandung asam,
protopektin dapat berubah menjadi pektin yang dapat terdispersi dalam air.
Karena alasan tersebut, maka
jaringan-jaringan dalam sayur dan buah-buahan menjadi lunak dan empuk
bila dimasak dengan air panas (Winarno, 2002).
Seperti halnya dengan bahan bahan lain yang terdapat dalam sayuran dan buah
– buahan , pigmen yang dikandungnya juga mudah mengalami kerusakan oleh
perlakuan – perlakuan yang dilakukan selama penanganan dan pengolahan . karena
itu perlu diusahakan agar selama penanganan dan pengolahan dilakukan tindakan
tindakan yang dapt mempertahanan warna sayuran dan buah – buahan tersebut.
Untuk itu perlu dipahami secara baik kimia pigmen dan sebab – sebab terjadinya
perubahan warna dan tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegahnya.
Penilaian mutu
berdasarkan segi fisik dapat dilihat meliputi warna, bentuk, rasa, ukuran,
kekerasan pada buah. Setiap jenis buah mempunyai warna kulit yang khas. Umumnya buah mengalami
proses pematangan akan mengalami perubahan pada warna kulitnya misalkan dari
hijau menjadi merah atau kuning. Ukuran dan bentuk buah juga berpengaruh
terhadap mutu buah dimana buah yang baik mempunyai bentuk sesuai dengan bentuk
normalnya, sementara buah yang cacat akan mempunyai rasa yang kurang enak pula.
Kekerasan buah dapat
dirasakan melalui pijatan jari. Buah yang matang dan siap dikonsumsi biasanya
relatif lebih lunak daripada buah yang masih mentah. Buah yang baik mempunyai
tingkat kekerasan yang merata, dimana bila tidak merata maka sebagian rasa daging
buahnya akan berbeda.
Edible portion
dilakukan untuk mengetahui bagian dari sayuran yang dapat dimakan, dimana pada
buah terdiri dari kulit, buah, biji, daun, batang dan lain-lain. Dari semua bagian buah
tersebut tidak semuannya dapat dimakan, oleh karena itu memperhitungkan jumlah
bagian yang termakan dan bagian yang terbuang perlu diketahui bagian yang dapat
dimakan. Hal ini penting diketahui dalam perhitungan rendemen produksi dari
buah atau sayuran. Aplikasinya yaitu misalkan pada buah dalam kaleng dimana buah dalam kaleng tersebut sudah
dipisahkan dari bagian yang tidak dapat termakan.
Padatan terlarut
merupakan refleksi rasa manis, yang juga menunjukan derajat ketuaan dan
kematangan. Padatan terlarut dalam sari buah dapat diukur dengan dengan menggunakan
alat refraktometer. Alat ini biasa
digunakan untuk menentukan ketuaan atau kematangan dari buah yang secara
kontinu kadar gula meningkat sejalan dengan proses penuaan.
Padatan terlarut
biasanya dilakukan dalam pembuatan jus, untuk mengetahui serat, mengetahui
kadar gula kasar, mengetahui kadar gula kasar.
Jenis – jenis refraktometer yaitu :
1. Refraktometer abbe
Merupakan alat untuk determinasi secara
cepat konsentrasi , kemurnian , kualitas disperse dari sampel cair , padat dan
plastik. Dapat digunakan untuk mengukur bermacam – macam indeks bias suatu
larutan.
2. Refraktometer tangan ( hand refraktometer )
Indeks biasnya sudah dikonversikan sehingga
dapat langsung dibaca kadarnya dan hanya untuk mengukur kadar zat tertentu
saja.
Saat dilakukan uji kecukupan blansir bahan
dipotong-potong menjadi beberapa bagian. Hal ini pun mempengaruhi dalam hal
proses pelunakannya, dimana apabila ukuran bahan yang lebih kecil maka lebih
cepat lunak bila dibandingkan dengan bahan yang besar.
Blansir merupakan pemanasan
pendahuluan bahan pangan pada suhu mendidih atau hampir mendidih pada waktu
yang singkat. Blansir biasanya dilakukan sebelum bahan dikalengkan, dibekukan
atau dikeringkan untuk menghambat atau mencegah aktivitas enzim dan
mikroorganisme pada bahan. Enzim dan mikroorganisme sering menimbulkan
perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki pada bahan pangan, misalnya
pencoklatan enzimatis, perubahan flavour, atau aroma dan pembusukan (Anonim,
2011).
Saat dilakukan uji kecukupan blansir
bahan dipotong-potong menjadi beberapa bagian. Hal ini pun mempengaruhi dalam
hal proses pelunakannya, dimana apabila ukuran bahan yang lebih kecil maka
lebih cepat lunak bila dibandingkan dengan bahan yang besar.
Blansir
adalah salah satu penanganan yang dilakukan untuk mengalami pencoklatan.
Pencoklatan (browning) sering terjadi
pada kentang, pisang, pear dan apel. Pencoklatan pada umumnya dibagi menjadi
dua yaitu pencoklatan enzimatis dan non-enzimatis. Proses encoklatan memerlukan
adanya enzim fenol oksidase dan oksigen yang harus berhubungan dengan substrat
tersebut. Enzim-enzim yang dapat
mengkatalis oksidasi dalam pencoklatan adalah fenol oksidase, fenolase, atau polifenolase yang bekerja spesifik untuk
substrat tertentu. Sedangkan untuk pencoklatan non-enzimatis disebabkan oleh
pemanasan terhadap gula (sukrosa) yang melebihi titik lebur gula, sehingga air
yang terkandung dalam bahan habis, dan yang tertinggal hanyalah gula (sukrosa)
sehingga terjadilah pencoklatan, proses tersebut dikenal dengan
karamelisasi (Winarno, 1997).
Blansir akan meninaktifkan enzim baik oksidasi maupun hidrolisis , serta
menurunkan jumlah mikroba yang hidup pada bahan. Blansir dapat mencegah tau
menghambat perubahan warna yang tidak dikehendaki , memperbaiki flavor atau
aroma, melunakan atau melayukan jaringan bahan, mengeluarkan udara dari
jaringan bahan serta menghilangkan getah atau kotoran. Untuk bahan pangan yang
akan dikeringkan, blansir akan mempercepat proses pengeringan karena membuat
membran sel permeabel terhadap perpindahan air. Disamping itu blansir dapat
dianggap sebagai usaha pemasakan untuk produk kering yang langsung dikonsumsi.
Lamanya
proses blansir dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain ukuran bahan , suhu
, ketebalan tumpukan bahan, jenis bahan serta medium blansir. Bahan yang
berukuran lebih besar atau tebal memerlukan waktu blansir yang lebih lama
karena diperlukan penetrasi panas yang lebih lama. Pada suhu yang lebih rendah
diperlukan waktu blansir yang lebih lama. Blansir dengan menggunakan medium air
memerlukan waktu yang lebih singkat dibandingkan blansir menggunakan uap air
karena penetrasi panas lebih cepat terjadi pada medium cair.
Blansir
dapat dilakukan dengan menggunakan medium air atau uap air. Penggunaan uap air
kadang – kadang lebih sulit mencapai suhu yang seragam jika blansir dilakukan
terhadap bahan dalam jumlah banyak atau yang berukuran besar. Blansir menggunakan
medium air memungkinkan kehilangan komponen terlarut bahan yang lebih besar
jika dibandingkan dengan menggunakan uap air.
Selain
menggunakan medium air atau uap air , blansir juga dapat dilakukan dengan
sulfit , fosfat, atau karbonat. Penambahan bahan kimia ini terutama untuk
memperbaiki warna produk.
Pencoklatan enzimatis terjadi pada
buah-buahan dan sayuran yang banyak mengandung substrat senyawa fenolik. Ada
banyak sekali senyawa fenolik yang bertindak sebagai substrat dalam proses
pencoklatan enzimatik pada buah-buahan dan sayuran. Di samping katekin dan
turunannya seperti tirosin, asam kafeat, asam klorogenat, serta leukoantosianin
dapat menjadi substrat proses pencoklatan (Winarno, 1997).
Enzim-enzim yang dapat
mengkatalis oksidasi dalam proses pencoklatan dikenal dengan berbagai nama,
yaitu fenol oksidase, polifenol oksidase, fenolase, atau polifenolase.
Masing-masing bekerja secara spesifik untuk substrat tertentu (Winarno, 1997).
Pengupasan merupakan salah satu proses
yang sering dilakukan pada pengolahan buah dan sayur. Pengupasan bertujuan
untuk menghilangkan kulit atau penutup luar buah atau sayur. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi kontaminasi dan memperbaiki penampakan. Pengupasan dikatakan
efisien jika kehilangan bagian komoditas yang dikehendaki kecil. Pada percobaan
ini dilakukan pengupasan dengan tangan, dengan air mendidih, dengan uap, dan
dengan larutan alkali (Muchtadi, 1992).
Pengupasan yang dilakukan dengan tangan pun baik dan
cepat tetapi tidak efisien bila dilakukan pengupasan dalam jumlah yang banyak.
Oleh karena itu dilakukan dengan cara lain dimana dengan cara menggunakan
dengan air mendidih, uap, dan alkali.
Pengupasan dengan air mendidih dan uap dapat menyebabkan
kulit pada buah atau sayur retak, sehingga mudah dilepaskan dengan air yang
mengalir. Cara ini cukup efisien tetapi tidak semua bagiannya dapat
dibersihkan.
Pengupasan dengan alkali merupakan cara pengupasan yang
sangat baik atau hasilnya cukup memuaskan. Setelah bahan dimasukkan kedalam
larutan alkali (NaOH) panas, kemudian dicuci dengan air yang mengalir. Waktu
yang diperlukan untuk mengupas kulitnya lenih cepat bila dibandingkan dengan
yang lainnya. Keuntungan dari pengupasan cara ini yaitu membersihkan semua
bahan tanpa merusak bahan. Kerugiannya yaitu memerlukan air yang lebih banyak
dan waktunya lama untuk mengurangi kontaminasi dari larutan alkali tersebut.
Untuk menggetahui apakah larutan alkali tersebut sudah hilang atau tidak
dilakukan cara meneteskan indikator pp (phenolpthalein)
yaitu bila ditetesi masih berwarna merah menandakan bahwa larutan alkali
tersebut masih ada dan bila sudah tidak berwarna maka larutan alkali tersebut
sudah tidak ada.
Tujuan dilakukannya blansir adalah sebagai berikut :
1.Menghilangkan udara dari jaringan
buah yang akan diolah atau dikalengkan dan mengurangi terbentuknya endapan.
2.Mengurangi jumlah mikroba pada bahan yang akan diolah.
3.Mempermudah pengisian di dalam wadah.
4.Menonaktifkan enzim yang dapat
menyebabkan perubahan warna coklat saat penyimpanan
sehingga produk olahan lebih bagus (Satuhu, 2003).
Perlakuan
pendahuluan bertujuan untuk mengurangi
terjadinya pencoklatan, memperbaiki tekstur atau meningkatkan palabilitas
bahan. Perlakuan pendahuluan terhadap sayuran atau buah-buahan misalnya
blansir, perendaman dalam larutan NaH2SO3, vitamin C, H2O2
dan garam dapur. Perendaman dalam sulfit, vitamin C, asam sitrat, garam, atau
hidrogen peroksida terutama ditujukan untuk memperbaiki atau mengurangi
terjadinya pencoklatan.
Hal ini disebabkan karena terjadinya penghambatan reaksi
antara enzim polifenolase, oksigen, dan senyawa polifenol. Terjadinya reaksi
pencoklatan enzimatis memerlukan adanya enzim polifenolase, oksigen, dan
senyawa polifenol (Winarno, 1997).
Natrium bisulfit (NaH2SO3)
merupakan senyawa yang bersifat oksidatior dimana saat reaksi melepas oksigen
sehingga respirasi berkurang dan menghambat terjadinnya pencoklatan. Vitamin C merupakan vitamin yang mudah rusak
dan mudah teroksidasi dimana proses tersebut dipercepat oleh adanya panas,
sinar alkali, enzim, oksidator. Oksidasi akan terhambat bila vitamin dibiarkan dalam keadaan asam atau pada suhu
yang rendah.
Proses pematangan buatan seperti ini tidak membawa pengaruh
negatif terhadap kadar gizi atau mutu buah alpukat. Peran zat asetilen yang berupa
gas hanya berfungsi sebagai perangsang agar pisang lebih cepat matang.
Sedangkan karbit sebagai zat kimia hanya berfungsi menghasilkan asetilen.
Dengan demikian, peran karbit tidak secara langsung. Hal inilah yang
menyebabkan buah pisang melalui proses pengarbitan tidak berbahaya, Vitamin dan
zat lain yang dikandungnya tetap ada dan tidak menimbulkan dampak negatif
terhadap kesehatan konsumennya. Karena bisa menguap, zat asetilen atau karbit
juga bisa dicuci dengan air, sehingga tidak sampai meresap ke dalam daging
alpukat (Rubatzky, 1998).
Pelilinan bertujuan untuk memperpanjang daya simpan,
mencegah susutnya bobot buah, menutup luka atau goresan kecil, mencegah
timbulnya jamur, mencegah busuk dan mempertahankan warna.
Pelilinan pada buah tomat ini
dimaksudkan agar laju respirasi dari buah tomat tersebut terhambat. Sehingga
proses pembusukan dapat dicegah atau dikurangi.
Proses pelilinan yang digunakan saat pelilinan yaitu menggunakkan lilin yang
telah dicairkan dan ditambahkan sedikit parafin. Pelilinan dengan menggunakan
ini hasilnya kurang bagus, karena saat dilakukan pelilinan pda buah tidak
kelihatan mengkilap dan tidak rata. Bahan untuk proses pelilinan yang bagus
yaitu dengan menggunakan prafin, lilin yang berasal dari lebah, serta lilin yang
berasal dari gaji hewan.
Syarat untuk
bahan yang digunakan sebagai pelapis yaitu, tidak beracun, tidak mudah retak,
mudak kering, terlihat mengkilap, jangan terlalu tebal, dll.
Penggunaan lapisan lilin memang
tidak boleh terlalu tebal ataupun terlalu tipis. Bila terlalu tebal maka
pori-pori yang ada pada permuakaankulit buah menjadi tertutup semua sehingga
menyebabkan respirasi anaerob. Respirasi anaerob tidak dikehendaki karena dapat
menyebabkan fermentasi sehingga rasa buah menjadi lebih asam dan mengandung
alkohol. Buah pun cepat busuk. Sebaliknya bila terlalu tipis pengaruhnya kurang
efektif, tidak ada perbedaan yang nyata antara buah yang dilapisi lilin dan
yang tidak. Konsentrasi lilin yang digunakan harus tepat dan sesuai dengan
komoditi yang akan dilapisi. Jenis lilin yang digunakan ialah lilin lebah (bees
wax) atau dari tumbuhan (carmauba wax) (Satuhu, 2003).
Hal yang perlu dilakukan pada pelapisan lilin secara
manual ialah usahakan agar lapisan lilin yang melekat pada permukaan kulit
dapat merata. Selain dengan cara pencelupan, pelapisan lilin dapat dilakukan
dengan penyemprotan. Secara alami buah mengandung lilin ,
hanya saja jumlah dari jenisnya tidak sama untuk setiap jenis. Perlakuan
pelapisan lilin hanya untuk menyempurnakan saja, sehingga dapat menutupi
sebagian pori-pori pada permukaan kulit buah (Satuhu, 2003).
Konsentrasi lilin yang digunakan untuk pelapisan ternyata
berpengaruh terhadap lama simpan buah. Tabel berikut memuat jenis buah,
konsentrasi emulsi lilin yang digunakan, serta daya simpan perlakuan buah yang
dilapisi lilin dengan yang baik.
Emulsi lilin yang dapat digunakan sebagai bahan
pelapisan lilin harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu tidak mempengaruhi
bau dan rasa yang akan dilapisi, mudah kering dan jika kering tidak lengket,
tidak mudah pecah, mengkilap dan licin, tidak menghasilkan permukaan yang
tebal, mudah diperoleh, murah harganya, dan yang terpenting tidak bersifat
racun (Anna, 2011).
Proses
perubahan warna hasil tanaman merupakan proses yang berlangsung ke arah
masaknya hasil tanamn tersebut, yang mana selama proses terjadi pembongkaran
khlorofil. Berkaitan dengan pembongkaran tersebut maka timbullah warna-warna
lainnya yang menunjukan tingkat masaknya hasil tanaman (buah), antara lain
warna kuning, merah jambu, merah tua
(Anonim, 2010).
Berbagai
hasil tanaman terkandung pectin yaitu senyawa kimia golongan karbohidrat atau
dapat pula dinyatakan bahwa pectin terbentuk dari senyawa protopektin yaitu
dengan adanya aktivitas anzim protopektinase, yang pembentukannya terutama pada
bagaian luar membrane sel pada lamella di antara membrane sel yang satu dengan
yang lainnya. Aktivasi enzim-enzim pektinmetilasterase dan poligelaktoronase yaitu
pada hasil tanaman (buah) berbeda dalam proses masak, ternyata telah
melangsungkan pemecahan atau kerusakan pectin menjadi senyawa-senyawa lain,
pemecahan/ kerusakan tersebut menyebabkan berubahnya tekstur hasil tanaman
(buah) yang tadinya keras akan berubah menjadi lunak. Perubahan tekstur akan
berlangsung lebih cepat ketika hasil tanaman berada dalam penyimpanan (Anonim,
2010).
Etilen adalah gas yang dalam
kehidupan tanaman dapat digolongkan sebagai hormon yang aktif dalam proses
pematangan. Hormone gas etilen merangsang pembelahan sel dan diferiensi jaringan
asam traumalin atau cambium luka.
Hormon yang berperan pada proses senescence, yaitu:
- Hormon
auksin, semakin tinggi kadar auksin maka jumlah auksin yang disintesa semakin
banyak. Hilangnya auksin dapat menyebabkan terjadinya senescence.
- Hormon
gibberellin, hormon ini dapat menghambat terjadinya pematangan yang berarti
dapat mencegah terjadinya senescence.
- Asam
absisat, mempercepat proses penuaan pada buah-buahan yang telah dipetik dari
pohonnya, namun peranannya dalam senescence belum diketahui secara jelas.
- Hormon
sitokinin, dapat menghambat terjadinya senescence. Banyak tanaman yang peka
terhadap hormon ini.
- Hormon
etilen, hormon ini dapat mempercepat proses senescence. Penggunaan gas karbit akan
lebih mempercepat pematangan, karena karbit merupakan etilen buatan untuk
mempercepat pematangan.
IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menguraikan mengenai: (1)
Kesimpulan, dan (2) Saran.
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan
pengamatan sifat fisik buah dan sayur dengan sampel apel didapatkan
aroma khas apel, warna merah kehijauan , berbentuk bulat , memiliki ukuran 4,92
cm , kekerasan subjektif (keras) dan secara objektif memiliki kekerasan bagian
atas 3,42 x 105pa bagian tengah 2,72
x 105pa dan bagian bawah 2,20 x 105pa, memiliki
berat 55,9 dan dengan rasa apel manis keasaman.
Kesimpulan edible portion dengan sampel buah apel
didapatkan hasil berat utuh 55,9 gram , berat kulit 11,2 gram , berat yang
dapat dimakan 44 gram dan edible portion adalah
78,7 % .
Kesimpulan
hasil pengamatan sifat kimia
buah dan sayur dengan sampel apel didapatkan % padatan terlarut adalah 13,04 %.
Kesimpulan hasil percobaan kecukupan blansir
dengan sampel terung diketahui bahwa sampel lebih cepat di blansir dengan
menggunakan uap air paling baik, pada ukuran 1 cm dam 1 cm pada suhu 90◦C pada
t 10 menit dan pada air yang paling baik pada ukuran 1 cm pada suhu 90◦C pada t
10 menit.
Kesimpulan
hasil percobaan pengamatan pengupasan buah dan sayur adalah dengan
sampel wortel didapatkan hasil pengupasan paling cepat yaitu dengan menggunakan
larutan alkali , cepat yaitu dengan menggunakan air mendidih, agakcepat yaitu
menggunakan uap dan kurang cepat yaitu menggunakan tangan.
Kesimpulan hasil percobaan pengamatan perlakuan
pendahuluan blansir dengan sampel apel didapatkan hasil warna pucat (direbus)
dan hijau kemerahan (dikukus), aroma khas apel (direbus) dan khas apel
(dikukus) dan tekstur lunak (direbus) , keras (dikukus). Sedangkan hasil yang
didapatkan dari perendaman dengan larutan vitamin C 0,5% + asam sitrat 0,5% warna putih segar , garam + asam sitrat warna putih segar, Na2HSO3 2000 ppm warna putih kecoklatan, garam dapur 0,5 % warna
putih sedikit kecoklatan , vitamin C 0,5%
warna putih kehijauan dan dengan H2O2 2 % berwarna putih segar.
Kesimpulan
hasil percobaan pengaruh etilen terhadap pematangan buah dengan
sampel pisang didapatkan hasil wadah
terbuka + suhu kamar pada hari ke 0 adalah warna hijau , aroma khas pisang,
tekstur keras dan berat 144,0 gram. Hasil pada hari ke 4 adalah warna hijau ,
aroma khas pisang , tekstur lunak dan berat 130,2 gram. Hasil pada hari ke 4
adalah warna hijau , aroma khas pisang , tekstur lunak dan berat 125,0 gram.
Didapatkan pH 5 , suhu bahan 27◦C ,brix 8,0 dan dihasilkan padatan terlarut
sebesar 8,516 %. Sedangkan wadah
tertutup pada hari ke 0 adalah warna hijau , aroma khas pisang, tekstur keras
dan berat 124,2 gram. Hasil pada hari ke 4 adalah warna hijau , aroma menyengat
(pisang) , tekstur sedikit lunak dan
berat 122,7 gram. Hasil pada hari ke 4 adalah warna hijau , aroma menyengat
pisang , tekstur lunak dan berat 121,9 gram. Didapatkan pH 4 , suhu bahan 27◦C
,brix 9,0 dan dihasilkan padatan terlarut sebesar 7,514 %. Pada wadah tertutup
pisang masak pada hari ke 0 adalah warna hijau , aroma khas pisang, tekstur
keras dan berat 103,1 gram. Hasil pada hari ke 4 adalah warna hijau , menyegat
(aroma pisang) , tekstur lunak dan berat 81,8 gram. Hasil pada hari ke 4 adalah
warna hitam tertutup jamur , aroma menyengat (aroma pisang) , tekstur lunak dan berat 101,5 gram.
Didapatkan pH 5 , suhu bahan 27◦C ,brix 7,5 dan dihasilkan padatan terlarut
sebesar 8,015 %. Dan wadah tertutup
karbit pada hari ke 0 adalah warna hijau , aroma khas pisang, tekstur keras dan
berat 153,9 gram. Hasil pada hari ke 4 adalah warna hijau , menyegat (aroma
pisang dan karbit) , tekstur sedikit lunak dan berat 151,6 gram. Hasil pada
hari ke 4 adalah warna hijau ada jamur ,
aroma menyengat (aroma pisang dan karbit)
, tekstur lunak dan berat 150,9 gram. Didapatkan pH 4 , suhu bahan 27◦C
,brix 6,0 dan dihasilkan padatan terlarut sebesar 6,512 %.
Kesimpulan
hasil percobaan pelilinan buah
dan sayur dengan sampel cabai merah pada wadah terbuka + suhu kamar pada hari
ke 0 warna merah, aroma khas cabai, tekstur lunak , berat 12,5 gram. Pada hari
ke 2 warna merah mengkilat , aroma khas cabai ,tekstur lunak , berat 9,2 gram.
Pada hari ke 4 warna merah mengkilat, aroma khas cabai , teksstur lunak , berat
7,7 gram dengan pH 5 dan padatan terlarut adalah 4,426 %. Sedangkan pada wadah
tertutup pada hari ke 0 adalah warna merah , aroma khas cabai , tekstur lunak
dan berat 14,8 gram . pada hari ke 2 adalah warna merah mengkilat , aroma khas
cabai (menyengat) , tekstur sedikit keras dan berat 14,4 gram. Pada hari ke 4
adalah warna merah mengkilat , aroma khas cabai (menyengat), tekstur sedikit
keras dan berat 14,2 gram dengan pH 5 dan padatan terlarut adalah 2,7044 %.
4.2. Saran
Sebaiknya pada saat
praktikum berlangsung praktikan lebih teliti dan memahami prosedur yang digunakan, agar meminimalisir kesalahan
pada percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anna, (2011), Pelilinan, http://anaslalusmangat.wordpresss.com,
akses 01/12/2014.
Anonim, (2011), Blansir, http://www.iptek.net.id, akses,
03/12/2014.
Anonim, (2011), Pektin, http://www.iptek.net.id, akses, 03/11/2014.
Muchtadi, R.Tien dan Sugiyono, (1992), Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan, Penerbit
IPB, Bogor.
Rubatzky, Vincent E, (1998), Sayuran Dunia I Prinsip, Produksi, dan Gizi, ITB, Bandung.
Satuhu, Suyanti, (2003), Penanganan dan Pengolahan Buah,
Penebar Swadaya, Jakarta.
Winarno, F.G, (1997), Kimia Pangan dan Gizi,
Cetakan ke delapan, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
LAMPIRAN
-
Edible portion = 
=
= 78,7 %
-
Padatan
terlarut ( sifat kimia buah dan sayur )
C = 12,6 X
D = 15 E = 0,45
|
|
= 0,4452
% padatan
terlarut = x + c = 0,4452 + 12,6 = 13,04 %
-
Pengaruh
etilen pada pematangan buah
·
Wadah
terbuka + suhu kamar
C = 8 X
|
|
= 0,516
% padatan
terlarut = x + c = 0,516 + 8 = 8,516 %
·
Wadah
tertutup
C = 7 X
|
|
= 0,514
% padatan
terlarut = x + c = 0,514 + 7 = 7,514 %
·
Wadah
tertutup + pisang masak
C =
7,5 X
|
|
= 0,515
%
padatan terlarut = x + c = 0,515 + 7,5 = 8,015 %
·
Wadah
tertutup + karbit
C
= 6
X
|
|
= 0,512
%
padatan terlarut = x + c = 0,512 + 6 = 6,512 %
-
Pengaruh
pelilinan pada pematangan buah
·
Wadah terbuka
+ suhu kamar
C = 4 X
|
|
= 0,428
%
padatan terlarut = x + c = 0,428 + 4 = 4,428 %
·
Wadah
tertutup
C =2,2 X
|
|
= 0,5044
%
padatan terlarut = x + c = 0,5044 + 2,2 = 2,7044 %









Hard Rock Hotel and Casino Philadelphia - MapYRO
BalasHapusFind parking costs, opening hours 익산 출장샵 and a parking map of Hard Rock Hotel and Casino Philadelphia. 서울특별 출장안마 Hard 제주도 출장마사지 Rock Philadelphia 대전광역 출장마사지 Hotel And Casino - Philadelphia 밀양 출장안마 (mapyro).